TEMPO.CO, Jakarta - Bali United menjadi tim Indonesia pertama yang melepas sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada Senin kemarin. Baru sehari diperdagangkan, saham klub asal Pulau Dewata tersebut langsung melejit tinggi.
Berada di bawah naungan perusahaan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk, Bali United melantai di bursa saham dengan kode BOLA. Bali United disebut melepas sebanyak 2 miliar saham pada hari ini dengan harga penawaran perdana sebesar Rp175 per lembar.
Yang mencengangkan, saham Bali United langsung meraih prestasi menjadi perusahaan yang sahamnya paling untung pada Senin 17 Juni 2019 kemarin.
Berdasarkan laporan dari Bursa Efek Indonesia, saham Bali United memimpin penguatan saham (top gainers) setelah ditutup menguat sebesar 69.14% atau 121 poin sebagaimana dikutip dari Indosport.
Artinya, nilai per lembar saham Bali United naik dari Rp175 pada saat pembukaan menajadi Rp 296 pada penutupan bursa.
Dalam dunia bisnis, saham Bali United nyaris mencapai batas auto reject atas pada saat pertama kali diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Sekadar informasi, auto rejection adalah batas di mana sebuah harga saham bisa melejit naik atau anjlok turun.
Sistem auto rejection di bursa menetapkan batas maksimal naik atau turunnya harga saham yang baru listing pertama kali dalam sehari sebesar 70% untuk rentang harga Rp50-Rp200.
Itu artinya saham Bali United yang menguat sebesar 69,14% nyaris mencapai batas atas auto rejection. Tentu pencapaian Bali United sebagai top gainers merupakan sesuatu yang sangat membanggakan dan perlu dicontoh oleh klub Liga 1 lainnya. Harapannya, semakin banyak klub Liga 1 yang melantai di bursa saham apalagi menjadi top gainers, itu akan membuat mereka terlihat semakin profesional.
Pada perdagangan hari ini, saham Bali United diprediksi akan kembali menjadi buruan para pialang saham. Saham skuad berjulukan Serdadu Tridatu itu juga bisa kembali menguat jika mereka berhasil mengalahkan PSIS Semarang dalam laga lanjutan Liga 1 2019 Jumat mendatang.